Black Bart, yang merampok 29 kereta pos Wells Fargo antara tahun 1875 sampai 1883, berhasil menanamkan rasa takut di dalam hati para korbannya. Bart memanfaatkan kejahatannya untuk membangkitkan rasa takut pada siapapun, bahkan pada mereka yang berada di sekitar kereta pos Wells Fargo selama perampokan berlangsung. Bart menggunakan ketakutan untuk menguasai korbannya dalam menjalankan aksi perampokannya. Bart tahu menakut-nakuti korbannya adalah satu-satunya harapan yang dimilikinya agar ia dapat beraksi dan melarikan diri dengan sukses. Sebuah kebenaran yang diketahui dari dokumen sejarah 29 perampokan yang dilakukan Black Bart adalah TIDAK PERNAH SEKALIPUN IA MENEMBAKKAN SENJATANYA ATAU MENYANDERA KORBANNYA. Saya bertanya-tanya, apakah para korbannya akan sama takutnya ketika dirampok jika mengetahui Black Bart sebenarnya hanya ‘menggertak’ untuk menakut-nakuti mereka? Seperti Black Bart, setan juga menggunakan ketakutan sebagai alat untuk mengalihkan perhatian kita dari kebenaran yang sesungguhnya.
Setan memahami betul siapa diri kita di dalam Kristus, dan hal ini dibuktikannya dengan memakai segala macam cara agar ia dapat menguasai kita dengan tunduk pada rasa takut. Ketika kita menyadari kebenaran sepenuhnya akan siapa diri kita di dalam Kristus, kita tidak akan merasa takut. Satu-satunya yang setan bisa lakukan adalah mengalihkan perhatian kita dari kebenaran ini. Setan melakukan ini dengan berusaha mengalahkan fokus kita, dari kekayaan kita di dalam Kristus kepada keadaan kita yang tampaknya menakutkan. Setan tahu ia tidak akan bisa merampok kekayaan kita di dalam Kristus, jadi ia tak memiliki pilihan lain kecuali mendorong kita untuk melupakan apa yang kita miliki dan siapa diri kita yang sebenarnya di dalam kristus.
Meskipun seringkali kita kehilangan kebenaran ini, namun setiap saat Tuhan terus membuktikan bahwa diri-Nya setia di dalam hidup kita. Ingatkah kisah di Alkitab ketika tentara Armenia mengepung perkemahan tentara Israel? (2 Raja-Raja 6:15-17). Pelayan Elisa yang ketakutan mendatangi Elisa dengan menyampaikan sebuah kabar buruk. Namun, Elisa meyakinkan pelayannya dengan mengatakan, “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.” (2 Raja-Raja 6:16). Elisa berdoa dan saat itu juga mata pelayannya terbuka dan ia melihat di sekitar bukit-bukit itu penuh dikelilingi dengan kuda dan kereta berapi. Kebenarannya adalah Tuhan telah menyediakan perlindungan yang lebih dari cukup bagi orang Israel untuk melawan orang Armenia. Mata Elisa tertuju pada apa yang benar sedangkan mata pelayannya telah terganggu oleh kehadiran musuh yang hadir di sekitarnya. Saya membayangkan jika sejak awal sang pelayan telah melihat pasukan Allah, maka ia tidak akan membiarkan musuh mengalihkan perhatiannya dari kebenaran.
Meskipun di dalam Kristus saya lebih dari pemenang (Roma 8:37), namun dalam beberapa kesempatan, saya mengizinkan keadaan mengintimidasi dan mengalihkan perhatianku dari kebenaran ini, dan sayapun akhirnya menyerah pada rasa takut. Sama halnya seperti gelombang laut yang mengganggu Petrus dari ajakan Yesus untuk berjalan di atas air, pada akhirnya Petrus pun ditelan gelombang dan mulai tenggelam. Ketika saya fokus pada gelombang yang terjadi di dalam kehidupan, perasaan tidak berdaya melingkupiku dan merampok kebenaran yang ada di dalam diriku untuk melakukan apa yang tidak mungkin bersama-sama dengan Kristus. Seperti Petrus, ketika saya menujukan pandangan hanya kepada Yesus maka saya mampu meningkatkan kepercayaan diri saya mengatasi ketakutan dan secara ajaib berjalan kepada Yesus, dengan iman, mengatasi apa yang sebelumnya menjadi ketakutan saya.
Dalam Alkitab secara keseluruhan, Tuhan memerintahkan kita untuk tidak takut. Meskipun terkadang kita merasa bahwa hal ini lebih mudah untuk dikatakan daripada dilakukan, maka bukanlah sebuah kebetulan jika Anda menjumlahkan semua ayat yang memerintahkan “Jangan takut”, maka terdapat 365 kali “Jangan takut” – satu perintah setiap hari dalam setahun untuk tidak takut. Mungkin inilah cara Tuhan untuk memberitahu kita bagaimana melewati hari-hari dalam kehidupan tanpa satu alasanpun untuk merasa takut. Semoga iman kita kepada Yesus terus bersinar, mengalahkan semua ketakutan yang bukan berasal dari Allah, dan mereka yang belum mengenal Yesus akan mengagumi keberanian kia dan tahu, seperti para ahli taurat setelah menyaksikan keberanian Petrus dan Yohanes, bahwa kita adalah pengikut Yesus. (Kisah Para Rasul 4:5-13)
Sumber : Brooke Espinoza
0 komentar:
Posting Komentar