Kisah mengenai perempuan yang sakit pendarahan dan disembuhkan melalui sentuhan ujung jubah Yesus mungkin merupakan salah 1 kisah yang paling banyak menjadi bahan renungan atau khotbah. Tapi ada sisi lain yang mungkin terlewat bagi beberapa ornag percaya.
Garis besar kisah ini sebetulnya adalah tentang kegigihan dan iman yang kita harus lakukan ketika kita mengharapkan campur tangan Tuhan dalam kehidupan.
Cobalah kita bayangkan jika kita adalah perempuan yang sakit pendarahan itu. Dalam keadaan sakit dan tidak lagi memiliki uang untuk pengobatan, harapan terakhir orang itu adalah pada Yesus, Tabib Penyembuh. Ia amat ingin mendatangiNya dan mengharapkan mujizat kesembuhan. Tapi ia sadar, sangat tidak mudah untuk melakukan hal tersebut karena Yesus yang tengah mencapai puncak popularitasnya saat itu dikerumuni oleh begitu banyak orang. Bukan hanya dikelilingi para murid tapi juga para pengikut setia, pengikut yang sekedar ikut, para tokoh masyarakat, para imam, sekumpulan ahli Taurat, sampai hanya sekedar rombongan para penonton yang ingin melihat keajaiban Yesus berikutnya. Bagi perempuan tua yang sakit pendarahan mendatangi Yesus saat itu seperti sebuah tindakan konyol. Bisa jadi hati kecilnya berkata: "ya syukur kalau aku sembuh. Tapi kalau yang terjadi malah aku jatuh dan terinjak-injak massa, bagaimana?"
Selain itu perempuan tua itu sesungguhnya bergumul dalam hal lain, yaitu imannya. Menyadari bahwa nyaris tidak mungkin Yesus menumpangkan tangan untuk dirinya, ia lantas menguatkan imannya. Coba perhatikan apa yang ia yakini di ayat 21. Pernahkah ada imam atau nabi yang mengajarkan bahwa dengan menyentuh ujung jubah seorang nabi maka orang itu akan disembuhkan? Bukankah yang terjadi selama ini adalah umumnya orang yang sakit itu harus ditumpangi tangan dan baru mendapat urapan kesembuhan? Namun, perempuan itu berani mempercayai bahwa Allah sanggup melakukan lebih daripada yang seorang manusia dapat pikir atau doakan. Bagi perempuan ini, untuk kasusnya tersebut Tuhan Yesus tidak perlu 'repot' menumpangan tangan, tidak perlu menghadap dirinya, dan bahkan tidak perlu menyadari kehadirannya! Imannya yang aneh, nyentrik, nyeleneh seperti inilah yang - seperti kita tahu kemudian - membawanya pada mujizat kesembuhan.
Perempuan ini berhasil mencapai apa yang diinginkan karena iman dan kegigihan sebetulnya adalah 'duet maut' yang menjadi lonceng kehancuran bagi kerajaan Neraka.
Marthino Mawikere
0 komentar:
Posting Komentar