Live streaming

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Walking in The Covenant of Grace

Setiap orang Kristen memiliki tahapan perjalanan rohani yang berbeda-beda. Karena perbedaan tahapan ini, maka kebutuhan makanan rohani setiap orang berbeda-beda pula.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 24 Maret 2011

 MULAI DARI AKHIR


Dalam artikel sebelumnya saya telah menyinggung tentang sifat dasar dari disiplin, yaitu penderitaan. Dalam tindakan disiplin selalu ditemukan penderitaan. Oleh karenanya tidak banyak dari kita menyukai disiplin. Namun di sisi lain, kita pun memahami bahwa ada manfaat yang besar dari tindakan disiplin. Hidup akan menjadi lebih berkualitas dan karakter Kristus akan semakin nyata dalam hidup seseorang yang mendisiplinkan dirinya sedemikian rupa. Kalau begitu, apakah mungkin disiplin yang membawa penderitaan dan manfaat ini dapat menjadi sebuah kebutuhan? Jika dapat, bagaimanakah kita dapat memunculkan kebutuhan akan disiplin ini secara konsisten?

Kebutuhan atau niat untuk belajar berdisiplin tidak datang begitu saja. Setidaknya kedisiplinan datang oleh karena dua hal, yaitu adanya tujuan hidup (goal) dan adanya tantangan. Kedua cara ini selalu menyertai perjalanan hidup seseorang, baik itu orang percaya atau orang yang belum percaya. Namun sebagai orang percaya, sudah selayaknya kita memberikan yang terbaik dalam hidup yang sudah ditebus. Oleh karena itu, mari kita bahas satu persatu.

Pertama, niat untuk hidup disiplin muncul saat seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup merujuk pada tahapan-tahapan dalam kehidupan yang ingin diraih. Tujuan ini bisa berupa hal yang rohani, seperti ingin memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan, ingin mendalami Firman Tuhan lebih jauh, ingin melakukan perjalanan misi ke suku terasing, dan lain sebagainya. Tujuan juga dapat berupa hal-hal yang jasmani, seperti mendapatkan omset penjualan yang lebih baik tahun ini, mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah atau sekedar ingin mengurangi berat badan. Semua tujuan ini akan menjadi percuma tanpa tindakan konsisten yang menuju pencapaian tujuan. Di sinilah disiplin itu dibutuhkan.

Bila seseorang ingin mendalami Firman Tuhan, sudah tentu ia harus berdisiplin dalam membaca Firman Tuhan setiap hari. Ia harus menetapkan target, dalam setahun berapa kali ia harus menyelesaikan pembacaan Alkitab dari Kejadian hingga Wahyu. Jika tidak demikian, tentunya tujuannya tidak akan pernah tercapai. Jika seseorang ingin mengurangi berat badan, tentunya ia harus berdisiplin dalam mengatur jumlah kalori pada makanannya dan rutin melakukan olahraga. Disiplin akan menyertai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, jika kita ingin mencapai sesuatu, jangan lupa untuk menuliskan juga tindakan disiplin apa yang harus kita lakukan supaya kita bisa fokus dalam mencapai target kita.

Yang kedua, disiplin juga terkadang muncul saat ada tantangan atau ancaman. Biasanya pola disiplin seperti ini yang ironisnya sering muncul. Misalnya, seorang ibu akan ‘terpaksa’ berdisiplin membuatkan makanan tambahan bagi bayinya, atau seorang mahasiswa ‘terpaksa’ berdisiplin membaca beberapa buku untuk persiapan skripsinya. Disiplin yang datang karena ada tantangan cenderung akan hilang di saat dimana tantangan tersebut hilang. Jenis ini bukannya tidak baik, tetapi hanya tidak memberikan manfaat jangka panjang.

Oleh karenanya, kita harus berusaha mendisiplinkan diri atas dasar tujuan hidup kita masing-masing. Sadarilah bahwa kita membutuhkan disiplin untuk setiap tujuan hidup kita. Lalu rencanakanlah tindakan disiplin apa yang harus dilakukan secara konsisten, kerjakan itu dan tidak lupa untuk mengambil waktu guna mengevaluasi setiap langkah-langkah yang telah diambil. Mulailah dari akhir lalu melangkahlah dengan disiplin.

Untuk memperoleh uang banyak kita harus disiplin menabung uang. Untuk memperoleh uang yang lebih banyak lagi, maka kita harus berdisiplin lebih ketat lagi. Untuk memperoleh pengertian akan Firman Tuhan yang lebih baik, kita harus berdisiplin membaca Firman Tuhan setiap hari. Untuk memperoleh pengertian yang jauh lebih dalam, kita harus berdisiplin lebih keras lagi. Jadi, dimana ada tujuan yang jelas, maka sudah pasti disiplin akan muncul sebagai sebuah kebutuhan. (rud)

DISIPLIN PIKIRAN


Sehebat apapun talenta yang kita punyai dan sebesar apapun kekuatan yang kita punya tanpa disiplin tidak akan berarti apa apa. Ini artinya kegagalan dalam berdisiplin akan sangat berdampak dalam seluruh aspek kehidupan kita.  Ada banyak disiplin tetapi disiplin yang paling awal adalah mendisiplin pikiran, karena pikiran adalah medan perang yang paling hebat. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini ditentukan oleh cara kita mendisiplin pikiran kita.

Tiada Pertumbuhan Tanpa Kedisiplinan

Disiplin pikiran berarti selalu berusaha berpkir dengan menggunakan cara dan sudut pandang Kerajaan Allah. Caranya supaya kita bisa menggunakan pikiran dan perasaan Kristus adalah dengan lebih banyak bergaul dengan pribadi Kristus. Sebuah hubungan yang personal yang saling mengenal dan saling berkomunikasi. Hubungan ini tidak bisa tergantikan oleh aktivitas dan kegiatan apapun. Tanpa memiliki hubungan khusus dengan Tuhan lewat pembacaan, perenungan, pertanyaan, pencerahan dan komitmen untuk melakukan, kita pasti  gagal bertumbuh.
Ini adalah dasar sebuah pertumbuhan, yaitu disiplin menggunakan POLA PIKIR yang baik yang akan menentukan perkataan yang keluar dari mulut kita. 

Perkataan yang keluar adalah cerminan hati dan pikiran kita. Dan jika konsisten menggemakan segala kebaikan Tuhan, disiplin mengatakan segala yang sesuai dengan point of view Tuhan, maka kita akan mengalami pertumbuhan karena hal itu akan menjadi habbit yang baik.

Gunakan Pikiran Baru

Pikiran Kristus selalu berbeda dengan hikmat manusia. Melawan arus, berani berkata tidak kepada dosa, berani bertanggungjawab, berani optimis, berani menghargai orang, dan juga berani untuk tidak populer. Pemikiran yang selalu bersyukur dalam segala keadaan, menyadari bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu dan selalu mau bekerja keras serta kreatif dalam mencapai tujuan. Itulah pemikiran Kristus yang sangat  berbeda dengan pikiran manusia. Jika kita selalu disiplin menggunakan pikiran Kristus, sekalipun kita harus sendirian dan dimusuhi orang lain, tentunya kita akan mengalami juga pertumbuhan dalam mengenal Kristus dan merasakan urapan serta penyertaan Kristus, karena Kristus adalah Pribadi yang hidup.

Jangan Izinkan Pikiran Manusia Lama Muncul Kembali

Namun demikian, pikiran-pikiran manusia lama seringkali ingin mencoba kembali ke dalam kehidupan kita. Nah, jangan pernah izinkan dia datang kembali dan menguasai pikiran kita. 

 Caranya adalah dengan mendisiplin diri untuk tidak mengizinkan diri kita memberikan makanan kepada pikiran di luar pikiran Kristus. Negative thinking, curiga berlebihan, merasa menjadi korban, selalu menyalahkan keadaan dan orang lain adalah ciri-ciri pikiran lama yang harus kita bonsai-kan dan kita kerdilkan. Sementara pikiran-pikiran Kerajaan Allah harus senantiasa kita tumbuhkembangkan agar hidup kita menjadi seperti apa yang Tuhan mau.
 
Selamat mendisiplin pikiran dengan pikiran Kristus! Dan jangan pernah lagi mengizinkan pikran manusia lama kita muncul dan berkuasa kembali. Jadilah manusia baru dalam Kristus Yesus! (mahayoni)


 DISIPLIN


Shalom Cikarang!

Nilai-nilai jemaat kita yang L.C.D. yang kita bangun baru akan terasa dampaknya, baik secara pribadi ataupun korporat jika setiap kita sudah melakukan atau menjalaninya. Lebih sulit untuk membangun “nilai-nilai bersama” dibandingkan dengan membangun nilai-nilai pribadi, tujuan pribadi, dan mengembangkan ide pribadi. Perlu sebuah kegerakan yang dimulai dari atas, yaitu Pemimpin, yang kemudian diikuti oleh Team Kepemimpinan dan Team Pekerja, bahkan oleh seluruh Pekerja dan jemaat. Sungguh, sebuah perjalanan yang cukup panjang dan penuh tantangan serta ketekunan untuk mencapai apa yang kita rindukan bersama.

Saya tahu, sebagai Pemimpin tidaklah mudah untuk mencapai semuanya itu, bahkan saya mau katakan ini adalah sebuah proses untuk jemaat Abbalove Cikarang untuk mencapai rencanaNya. Jadi, jika kita mau melihat “mimpi” yang terwujud (dream come true) sebagaimana “rencana Tuhan” yang sudah dinubuatkan oleh banyak orang atas jemaat kita, bahkan cita-cita kita semua sebagai Pemimpin, Pekerja, dan seluruh jemaatnya, maka kita semua harus melakukan semuanya itu dengan sukacita.

Tuhan sudah menunjukkan kepada kita hari-hari ini apa yang harus kita lakukan lewat nila-nilai yang kita bangun, yaitu L.C.D. Ini bukan sesuatu yang sembarangan dan biasa-biasa saja, tapi mengandung sebuah makna/arti yang dalam, yaitu karakter seorang murid sejati sebagai dasar yang paling “esensi” untuk sebuah kualitas seorang murid, dimana ketiganya ini akan saling menopang dan mengikat, bahkan saling mendukung satu sama lain.

Saya bisa rasakan orang-orang yang melakukannya akan mengalami sebuah perubahan paradigma, spirit, sikap, bahkan nilai-nilai hidup pribadi sehingga semakin CINTA (antusias) dan ber-KOMITMEN (prinsip prioritas), bahkan haus untuk terus mau belajar, diperlengkapi, dan dilatih untuk membangun kualitas dan karakter hidup yang maksimal dengan potensi-potensi yang dapat dikembangkan sehingga menjadi orang-orang yang melakukan pelayananNya sebagai tubuh Kristus yang berfungsi. Bukan tidak sedikit orang-orang yang melayani tidak sesuai dengan fungsinya, akhirnya terjadilah keabnormalan” dalam tubuh Kristus, makanya banyak terjadi konflik dan perpecahan di dalam Gereja.

Nah, hari ini saya mau bicara tentang nilai yang ketiga dari nilai-nilai jemaat yang mau kita bangun, yaitu DISIPLIN. Disiplin adalah kata yang serius dan menyeramkan karena “tidak kompromi”!
Mengapa harus ada disiplin dalam sebuah keseharian jemaat dan team work? Karema disiplin ini adalah “sentuhan” akhir yang akan menentukan apakah sebuah benda/objek itu layak dan memenuhi kualitas tertentu yang diharapkan. Jadi contohnya begini, jika sebuah produk yang dibuat dari sebuah bahan, kemudian diproses serta diolah dengan baik sampai menjadi sebuah produk siap jual, maka yang menentukan produk tersebut sesuai dengan kualitas/standar tertentu adalah bagaimana finishing akhirnya sehingga produk itu bisa diterima di pasar. Produk itu harus dibuat sedemikian rupa dan di-packaging sebagus mungkin supaya menarik atau memperjelas kondisi produk tersebut. Lalu ketika produk tersebut ditawarkan, orang-orang akan menjadi tertarik dan akhirnya membelinya. Memang untuk menjadikan produk itu menjadi barang yang berkualitas, menarik, dan menjadi daya tarik membutuhkan harga yang mahal, keahlian yang tinggi, serta hal-hal lain yang mendukung.

Begitu juga dengan DISIPLIN. Jika orang percaya sudah mempunyai rasa cinta yang dalam kepada Tuhan, maka itu sudah menjadi modal awal (bahan baku utama). Kemudian dia juga harus mempunyai komitmen untuk menyalurkan hasrat cinta itu supaya bisa dibuktikan (itu adalah sebuah proses yang harus dijalani). Lalu, bagaimana orang tersebut bisa membuktikan bahwa apa yang dia cintai dan dengan komitmen yang dilakukannya sebagai rasa cinta itu bisa menghasilkan sebuah pengharapan besar (kerinduan) yang akan terwujud, walaupun dia tahu itu tidak akan berjalan dengan mudahnya, dan membutuhkan perjuangan, bahkan akan ada tantangan/harga yang harus dibayar, mungkin juga penderitaan. Tidak ada jalan lain. Dia harus melatih hidupnya sedemikian rupa (skill/kemampuan/karakter) dengan sebuah kata : DISIPLIN.

DISIPLIN, bukan sekedar hanya datang harus tepat waktu, melakukan semua tugas dengan baik, mempersiapkan presentasi dengan baik, dan memberi laporan yang baik. Itu semua memang hal yang baik dan berguna, tapi yang menjadi “esensi” dalam sebuah DISIPLIN adalah kapan kita tahu bahwa apa yang sudah kita lakukan sejak semula ketika kita mengambil keputusan untuk mencintai, untuk berkomitmen, dan ingin mencapai hasil yang maksimal dari semua keadaan yang kita akan jalani dalam seluruh kehidupan kita.

Jadi disiplin dilakukan karena karena kita tahu hal penting apa selanjutnya, setelah kita melakukan bagian yang sebelumnya dengan baik. Ada orang yang melakukan disiplin dengan tidak mempunyai tujuan dan tidak sistematis. Akhirnya orang tersebut tidak akan mampu, tidak tahan, tidak kuat, dan bosan karena tidak ada dorongan/motivasi untuk apa sebenarnya dia melakukan disiplin.

Disiplin itu juga berbicara soal skill, yaitu skill melatih diri atau kemampuan diri kita terhadap suatu situasi untuk mencapai hal yang lebih tinggi dan baik. Disiplin itu juga berbicara tentang disiplin dalam pikiran, disiplin kerbiasaan (tindakan), disiplin menjaga hati, disiplin penguasaan diri (self control), disiplin dalam hubungan, dan lain sebagainya.

Pertanyaannya adalah, apakah kita mau menjadi orang yang maksimal, orang yang hebat, orang yang berdampak, orang yang kuat, dan orang yang dihormati? Kalau jawaban kita adalah MAU, maka perhatikanlah ini :
  • orang yang dipakai Tuhan tidak hanya orang yang baik, tapi juga orang yang berkenan kepada Tuhan
  • mau menjalani kehidupannya sampai akhir dengan baik dan berkenan (finishing well)
  • mau menjadi bagian dari orang yang bersama-sama membangun “Rumah Tuhan” di Abbalove Cikarang
  • pakailah kata terakhir dari nilai-nilai jemaat kita ini : DISIPLIN


Tidak ada tindakan yang lebih “pas” untuk seorang anak dapat menjadi
seperti apa yang diharapkan orangtuanya, selain tindakan untuk melakukan DISIPLIN


 The Power of Commitment



Kehidupan orang Kristen mesti berbeda dengan kehidupan orang yang belum mengenal keselamatan.  Ini adalah hal yang paling hakiki. Ini artinya kita tidak boleh hidup rata-rata saja, sebaliknya kita mesti keluar dari rata-rata. Bedanya sangat jauh antara orang rata-rata dengan orang yang terbaik .

Namun ini tidak otomatis. Harus dipersiapkan, dibuat perencanaan dan diikuti KOMITMEN YANG KUAT untuk menjalani apa yang kita rencanakan. Jika tidak, semua keinginan perencanaan hanya akan menjadi slogan semata dan tidak ada dampaknya bagi orang lain.

Bagaimana cara memiliki komitmen yang kuat?

1.    Ingin hidup lebih baik
Apakah kita puas dengan kehidupan yang kita jalani saat ini?
·         Muda/habis kuliah : punya waktu, tapi tidak punya uang
·         Mulai Kerja ; mulai punya uang sedikit, tetapi tidak punya waktu
·         Eksekutif : Uang banyak / tidak punya waktu
·         Pensiun : Punya uang, punya waktu, tapi tidak ada tenaga
·         Zona nyaman sebenarnya ZONA MISKIN yang dianggap nyaman

2.       Mulai dari merubah mindset
·         Tantangan dari diri sendiri
·         Focus pada kekuatan bukan kelemahan
·         Percaya kita ini dahsyat

3.       Mengupayakan dengan sekuat tenaga
·         Tidak santai-santai
·         Memegang teguh janji
·         Apapun resikonya, tetap ingat hasilnya

4.       Memelihara yang sudah didapatkan
·         Senantiasa bersyukur
·         Menjaga yang kita miliki, bukan milik orang lain
·         Menyadari bahwa semua itu miliknya Tuhan

Dengan bersikap demikian kita mengejar apa yang lebih baik. Sikap menunggu Tuhan bertindak adalah sebuah sikap yang baik selama kita melakukan bagian kita dengan setia. Jika kita hanya pasrah tetapi tidak melakukan bagian kita, itu namanya FATALISME. Biasanya orang seperti ini gampang kecewa dan seringkali tidak mendapatkan apa-apa.

Mari melangkah!
Kemarin adalah HIS-story. Besok adalah mistery. Kita tidak tahu apa yang terjadi, Yang kita miliki adalah hari ini atau gift atau disebut PRESENT. Mari kita memutuskan untuk mendapatkan yang terbaik dengan hidup secara maksimal setiap hari.(mahayoni)

Commitment In Our Relationship

Dalam sebuah upacara pemberkatan pernikahan yang sudah dipersiapkan dengan baik mendadak sontak seorang hamba Tuhan meminta kedua mempelai menambahkan janji nikah mereka. Apakah tambahan tersebut ?  Tambahan yang diminta oleh hamba Tuhan tersebut adalah kedua mempelai tidak boleh menghafal janji nikah dan selain itu yang harus dengan sukarela mengatakan jika mereka selingkuh mereka akan mati. Tentu hal ini tidak biasa dan mencengangkan semua jemaat, keluarga mempelai, termasuk kedua mempelai. Namun akhirnya semua pihak menjadi lega ketika kedua mempelai dengan sukarela mengucapkan kalimat tersebut. 

Sebuah hubungan yang kuat hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak memegang teguh komitmen yang mereka ucapkan dalam janji nikah. Tanpa komitmen kedua belah pihak hanya akan mengucapkan janji enteng alias palsu yang akan dilanggar kedua belah pihak.  Sebaliknya memegang janji dan berkomitmen dengan sungguh-sungguh apapun resikonya biasanya membuat hubungan menjadi sangat kuat dan harmonis. Demikian juga komitmen dalam membangun hubungan dengan sesama.

Jebakan Perkataan
Sebelum membuat janji sekecil apapun sebaiknya dipikirkan dengan sungguh-sungguh.  Jika ya katakana ya, jika tidak katakan tidak. Jika kita berjanji untuk melakukan sesuatu, maka apapun resikonya kita harus tetap melakukannya. Jika kita bisa menjadi pribadi yang demikian, maka kita akan sangat menggetarkan dan disegani setiap orang dan sekaligus juga akan dihormati.

Sebaliknya, kegagalan memegang janji atau sikap yang gampang membatalkan janji hanya membuat diri kita kehilangan integritas dan lemahnya hubungan antar pribadi. Oleh sebab itu jemaat Allah mesti menjadi para perintis dan pionir dalam memegang teguh janji yang telah dibuat, apapun resikonya dan berapapun harga yang harus dibayar.

Kebesaran seseorang bisa dilihat dari cara dia membangun hubungan dengan orang lain. Kesanggupan memegang teguh komitmen dan perkataannya membuat dia memiliki sahabat-sahabat yang terbaik yang membawanya maju untuk mencapai potensi mereka. Sebaliknya, kegagalan memegang komitmen karena terlalu banyak mengumbar janji alias om-dong hanya akan menjerumuskan kita kepada keterpurukan dan kehilangan sebuah jati diri yang sejati.

SOMEDAY SYNDROME
Seseorang tidak akan pernah menjadi yang terbaik di suatu saat,  jika dia tidak memulainya hari ini dengan selalu memberikan yang terbaik dalam setiap hal yang dia kerjakan. Hal inilah yang  disebut some day syndrome.  Kita hanya bisa menjadi yang terbaik kalau kita biasa melakukan yang terbaik senantiasa, dalam setiap hal yang kita kerjakan.  Ini memang perlu dilatih.

Akhirnya, saya menyakini apapun yang kita lakukan dalam komunitas Abbalove Cikarang, harus bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, di rumah tangga, di kantor, ataupun dalam membangun hubungan dengan orang lain. Membangun hubungan yang baik perlu sebuah komitmen yang harus dijaga dan menjadi salah satu nilai utama dalam sidang jemaat Abbalove Cikarang yang kita cintai.

Selamat membangun hubungan dan jadilah pribadi yang kuat dalam memegang komitmen karena Tuhan akan melimpahkan kekuatanNya kepada orang yang bersungguh hati.


Lembah Bukit Hijau, Ciloto-Puncak.
Pemimpin Jemaat Area
M. Mahayoni

 Komitmen dalam bekerja : Semut & Belalang


Komitmen dalam bekerja tidaklah diukur dari agama yang seseorang anut. Baik pengikut Yesus maupun pengikut setan, memiliki kesempatan yang sama untuk menunjukkan komitmen bekerja yang baik. Komitmen juga tidak diukur dari jabatan dalam pelayanan atau kesibukan di gereja. Komitmen yang tinggi tidak juga ditandai dengan doa yang lama atau seringnya menyebut nama Tuhan. Seorang jemaat bisa saja memiliki komitmen yang lebih besar daripada seorang pemimpin jemaat. Hal ini dengan jujur bisa kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kekuatan komitmen seseorang, baik itu karyawan, manager ataupun direktur setidaknya diukur dari dua hal. Yang pertama adalah kematangan atau kedewasaan dirinya. Semakin matang dirinya, maka semakin besar pula kekuatannya dalam menjalani komitmennya. Sedangkan yang kedua adalah besarnya kepercayaan atas pekerjaan yang sedang dijalaninya. Kepercayaan yang dimaksud disini adalah bahwa di dalam pekerjaannya ini Tuhan sedang memakai dia menjadi berkat bagi orang lain. Maka semakin besar kepercayaannya, akan semakin kuat pula komitmennya dalam bekerja.

Jadi kematangan diri dan kepercayaan yang besar adalah modal dari sebuah komitmen yang kuat. Dua hal ini harus terus-menerus digumulkan oleh para pengikut Kristus yang berada di dunia pekerjaan. Orang Kristen tanpa komitmen yang lebih baik daripada orang bukan Kristen telah mencoreng wajah kristus. Ia telah menjadi teladan bagi kita dengan menunjukkan komitmen totalNya selama ‘bekerja’ di dunia ini. KomitmenNya tidak pernah goyah oleh waktu, penderitaan maupun penolakan.

Yesus berkata jika garam itu menjadi tawar, maka ia tidaklah lagi berguna. Jika pelita ditaruh di bawah gantang, ia tidak bisa menerangi semua orang yang ada di dalam rumah. Jika pengikut Yesus tidak memiliki komitmen bekerja yang lebih baik, ia tidak ada bedanya dengan orang yang percaya kepada Kristus, tapi belum menjadi manusia baru. Kelompok orang pertama yang seharusnya bisa menjadi contoh dalam komitmen seharusnya adalah para pengikut Yesus, bukan pengikut bos, pengikut Mario Teguh, atau pengikut lainnya.

Komitmen dibuat dan dijalankan tanpa terpengaruh oleh situasi di sekelilingnya. Komitmen ini adalah hal yang pribadi dan tidak ada hubungan langsung dengan situasi, seperti rekan kerja yang menyebalkan, fasilitas yang kurang memadai, bahkan gaji ang kecil! Sekali lagi mari kita ingat komitmen Kristus.

Saya mengenal beberapa orang guru di daerah yang memiliki komitmen yang tinggi dalam pekerjaannya. Mereka membuat saya terinspirasi dan di saat yang sama membuat saya malu. Di tengah segala keterbatasan dan gaji yang saya tahu persis kurang dari saya, mereka justru menunjukkan komitmen yang begitu tinggi. Mereka tetap bahagia dan bersemangat dalam melayani murid-murid mereka. Komitmen pribadi hampir tidak ada hubungannya dengan situasi di sekitar kita. Ini hanyalah sebuah janji pada diri sendiri (dan kepada Tuhan). Sebuah kepercayaan pada sesuatu.

Komitmen terlalu sederhana untuk diartikan dan dikatakan tetapi sangat menantang untuk dipraktekkan dan dibuktikan. Atasan dan perusahaan Anda menantikan bukti dari Anda. Pastikan mereka tidak rugi memiliki karyawan yang berkomitmen dalam pekerjaannya seperti Anda. Berkatalah seperti semut, “ini (komitmen) memang sebuah keharusan bagi kami para pengikut Kristus dan kami malu disebut Kristen bila kami tidak melakukannya”. (rud)

Komitmen Pelajar

Komitmen Pelajar


Tanggungjawab mungkin bisa diartikan sebagai konsekuensi yang harus diterima atau dijalankan terhadap apa yang sudah dilakukan atau dijalani.  Kita sering mendengar kata “lepas tanggungjawab” artinya tidak mau mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan (lempar batu sembunyi tangan).

KOMITMEN TANGGUNGJAWAB adalah sebuah kata yang besar dan tidak mudah untuk dilakukan. Sebagai seorang pelajar kita memiliki sebuah tanggung jawab, yaitu belajar dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan, disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah, dan lain sebagainya. Artinya setiap pelajar wajib melaksanakan semua tanggung jawab tersebut tanpa terkecuali. 

Tetapi, kelihatannya banyak dari kita yang merasa dibebani dengan semuanya itu. Menurut penelitian, itu adalah pola pikir yang salah, kenapa? Karena tanggung jawab adalah sesuatu yang penting di masa depan kita. Ketika kita belajar bertanggung jawab sebagai seorang pelajar, itu berarti kita sedang belajar mempersiapkan masa depan kita yang terbaik. 

Di samping tanggung jawab, dibutuhkan juga sebuah komitmen. Komitmen adalah perjanjian untuk melakukan sesuatu. Sebagai pelajar, kita harus memiliki komitmen dalam mengerjakan tugas sekolah, seperti PR dan lain-lain. Jika tidak, kita bisa seenaknya dan secara tidak langsung, tugas itu tidak akan pernah bisa terselesaikan.

 Sama seperti halnya dengan orang yang sedang menanam, mereka membutuhkan komitmen untuk menyirami tanamannya setiap hari. Komitmen dibutuhkan di setiap saat sebagai jaminan apakah kita akan melakukan segala sesuatunya dengan baik atau tidak. Komitmen adalah sesuatu yang membuat seseorang membulatkan hati dan tekad demi mencapai sebuah tujuan, sekalipun ia belum dapat mengetahui hasil akhir dari tujuan tersebut. Berjerih payah dan berani berkorban demi menyelesaikan tujuannya, sekalipun semua orang meninggalkannya, itu adalah KOMITMEN SEJATI. 

Komitmen sejati bisa dimiliki siapa saja, termasuk para pelajar. Oleh karena itu, mari sama-sama kita mengubah cara pandang kita akan sebuah KOMITMEN & TANGGUNGJAWAB, bukan lagi sebagai beban, tapi sebagai sebuah modal kita untuk melakukan start awal menuju masa depan yang gemilang! (ruth)

 KOMITMEN DALAM PELAYANAN


Komimten sangat kita perlukan jika kita menginginkan hasil yang maksimal dari setiap pelayanan kita. Saya menerima sms dari Pemimpin / Gembala Area (Bp. Mahayoni) tanggal 31 Agustus 2010 yang lalu yang bunyinya seperti ini : “sahebat atau sebesar apapun kita tanpa komitmen dan disiplin, kita tidak akan pernah mencapai potensi maksimal kita. Awali hari ini dengan komitmen dan disiplin untuk membangun hubungan dengan Tuhan sebelum memulai aktivitas.. Yes!”

Salah satu unsur terpenting yang menentukan apakah seseorang itu akan berhasil dan mendapatkan segala sesuatu adalah KOMITMEN. Di gereja adalah penting bila orang yang kita layani dapat mempercayai kita dan nyaman saat berbicara/share dengan kita. 

Setiap orang harus melakukan sesuatu dan menemukan sesuatu yang bisa dilakukannya di gereja. Contoh : membersihkan gereja dengan cara memungut sampah yang jatuh di lantai, memungut warta yang tercecer, melayani sebagai Usher & Koletan, berfungsi sebagai Team Pemerhati sahabat baru, terlibat dalam 3 pilar gereja (Ibadah Raya, Komsel, dan SPK Pemenang). Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan dengan sebaik-baiknya, bukan untuk manusia tapi untuk kemuliaan nama Tuhan kita.

Kita harus menanggalkan paradigma lama kita, bahwa gereja itu hanyalah sebuah ‘bangunan’. Itu tidak salah, tapi kita tidak hanya pergi ke bangunan gereja, melainkan kita juga adalah gereja itu sendiri. Jadi layanilah ‘gereja-gereja’ yang ada di ‘bangunan gereja’ kita karena Tuhan berfirman setialah dahulu pada perkara-perkara kecil, maka DIA pasti akan mempercayakan perkara-perkara besar kepada kita.

Saudara, kita akan kehilangan banyak berkat Tuhan saat kita gagal menjalankan komitmen kita. Kita tidak bisa bangun dari tidur kita dan berkata tidak ingin berangkat kerja. Kita tetap harus bekerja karena kita telah berkomitmen pada diri sendiri untuk bekerja (Roma 12:3-8). Hal yang sama juga terjadi dalam pelayanan kita. Kita bisa saja tidak bersemangat mengerjakan pelayanan kita, tetapi kita mengerjakannya karena komitmen kita yang didasarkan pada KASIH. Dan percayalah, sukacita sejati akan muncul saat kita menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita.

Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.
"Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.
Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.”
Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.
(Ibrani 10 : 36-39)

Jadi, tetaplah kerjakan komitmen Anda dengan giat! (abinter)

Generasi yang Berkomitmen



Masa ini adalah masa dimana kita hidup di zaman akhir. Banyak kejadian-kejadian yang menunjukkan tanda-tanda akhir zaman. Jarak yang jauh tidak menghalangi kita untuk tetap berhubungan, internet semakin meruntuhkan sekat-sekat waktu, dan juga batas-batas wilayah. Adalah suatu tantangan yang tidak mudah untuk hidup di era akhir zaman ini, terutama bagi generasi muda.

Sepuluh sampai dua puluh tahun yang akan datang mereka akan menjadi orang-orang yang hidup di era yang semakin sulit. Sudah menjadi kewajiban kitalah untuk sungguh-sungguh mempersiapkan generasi di bawah kita sehingga mereka boleh siap dalam menghadapi kehidupan mereka kelak.

Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah kita harus mendukung gerakan KEGA dan Youth. Perlu satu komitmen yang besar dan terus menerus, yaitu :

1. Komitmen di dalam mendoakan anak-anak kita
2. Komitmen untuk membawa anak-anak kita supaya menerima Tuhan Yesus
3. Komitmen di dalam mendidik anak-anak kita supaya hidup sesuai dengan Firman Tuhan
4. Komitmen di dalam memberikan teladan yang baik bagi anak-anak kita

Menjadi Pembina Kega, menjadi “Bapa” bagi pelayanan KEGA dan Youth, dan mendukung G-500 adalah contoh langkah nyata yang bisa kita ambil dalam pelayanan di gereja local kita saat ini. 

Dengan komitmen yang kuat, saya percaya kita bisa menyiapkan generasi muda supaya mereka dapat menjadi orang-orang yang memiliki integritas. Kita bisa membentuk anak-anak kita menjadi anak panah yang siap diluncurkan ke sasaran.

Pertanyaannya sekarang adalah, bersediakah kita mengambil KOMITMEN ini?


 Generasi yang Memerlukan Keteladanan


Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.
Buah jatuh tidak pernah jauh dari pohonnya.
Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Like father like son…

Semua peribahasa di atas bertemakan satu hal : perilaku anak adalah hasil dari teladan orangtuanya. Ini adalah sebuah kunci utama dalam pendidikan, yaitu KETELADANAN. Tidak ada tips, cara, tekhnik atau rahasia dalam mendidik anak dengan baik. Yang ada hanya keteladanan! Baik orangtua maupun guru, perlu memperhatikan kata kunci ini.

Mengapa demikian? Karena ada sebuah sifat dasar anak-anak yang menonjol, yaitu mencontoh. Anak-anak dapat dengan sangat mudah mencontoh apa saja yang dilihatnya, entah itu baik atau buruk. Dengan kata lain, hanya dengan melihat perliku anak, kita dapat menyimpulkan seperti apa sifat orangtuanya.

Sebuah kisah dituturkan oleh Ko Den (Daniel Alexander) demikian : Alkisah, seekor anak anjing sedari kecil dipelihara oleh keluarga babi. Ia tinggal di kandang babi, makan makanan babi dan bermain bersama anak-anak babi. Setelah anak anjing ini dewasa, ternyata ia tidak berperilaku seperti babi, tidak bersuara seperti babi dan tidak berkubang di lumpur seperti babi. Anjing ini akan tetap berperilaku, bersuara dan hidup seperti selayaknya seekor anjing.

Namun, berbeda dengan manusia. Jika seorang bayi tinggal di sarang penyamun, dibesarkan dan hidup di sana. Besar kemungkinan, setelah bayi ini dewasa akan berperilaku seperti penyamun. Hal ini tidaklah mengherankan bukan?

Inilah sebuah sifat dasar dari manusia --- ia adalah peniru. Dan ini adalah salah satu kunci utama dalam mendidik anak dalam segala aspek, baik itu sopan santun, nilai-nilai moral, kerohanian, bahkan sampai kepada hal-hal praktis seperti cara makan dan berkata-kata.

Untuk mendidik anak yang berkomitmen tidak memerlukan resep atau urapan khusus. Orangtua hanya perlu menunjukkan dengan sejujur-jujurnya pada anak bagaimana ia menjalankan komitmennya. Hal ini juga dapat kita lihat secara kebalikannya, jika kita menemukan anak-anak dengan komitmen yang kuat, kita dapat memastikan orangtuanya juga demikian. Dan bilamana seorang anak lemah dalam berkomitmen, kita hampir dapat memastikan, orangtuanya juga demikian.

Membesarkan anak di masa serba canggih dan serba wah sekarang ini tidaklah mudah. Orangtua dituntut untuk ekstra disiplin atas dirinya sendiri. Generasi muda sekarang ini membutuhkan teladan yang LEBIH daripada generasi sebelumnya. Mereka hidup pada zaman dimana komitmen bukanlah lagi suatu hal yang harus menjadi prioritas. Melalui media dan lingkungannya, anak-anak cenderung dikondisikan untuk hidup mementingkan diri sendiri, mengabaikan hak orang lain, menurunkan standard kekudusan dan tidak menghormati orangtua.

Sejak dini, baik orangtua maupun guru perlu memberikan CONTOH (bukan hanya mengajarkan!) dan BUKTI dalam memegang suatu komitmen. Tunjukkan komitmen dalam hal rohani, misalnya berdoa dan membaca Firman secara konsisten, melayani di komunitas sel atau memberikan persembahan untuk pelayanan. Tampilkan juga komitmen dalam hal-hal yang jasmani, seperti menjaga keharmonisan pernikahan, menjalankan tugas atau pekerjaan dengan dedikasi tinggi atau sekedar disiplin dalam berbagi pekerjaan rumah tangga.

‘Pertunjukan-pertunjukan’ komitmen yang ditonton oleh anak-anak ini akan dengan mudah dikunyah, dicerna, dan dicontoh oleh mereka. Lebih lagi, tontonan yang berulang-ulang akan semakin mematrikan pentingnya berkomitmen dalam ingatan mereka. Ingatan ini akan mereka bawa seumur hidup dan menjadi pegangan atau patokan atas mereka. Bukankah ini sebuah warisan yang berharga?

Sebagai umat Tuhan, mari kita cetak anak-anak yang memiliki komitmen. Hal ini dimulai dari diri sendiri, baik sebagai orangtua atau guru, masing-masing memegang peranan penting. Dan percayalah, Tuhan pasti akan memampukan kita. (rud)

Selasa, 01 Maret 2011

Ajarku Bersyukur


Aku bersyukur untuk ruang makan yang kotor setelah menjamu teman-temanku, karena itu berarti aku dikelilingi banyak orang yang mengasihiku...

Aku bersyukur untuk pajak yang harus kubayar, karena itu berarti aku mempunyai penghasilan...

Aku bersyukur untuk pakaian yang mulai sempit, karena itu berarti aku mempunyai makanan yang cukup...

Aku bersyukur untuk halaman rumput yang harus dipangkas, jendela yang harus dibersihkan, dan selokan yang tersumbat, karena itu berarti aku memiliki rumah...

Aku bersyukur untuk keringat yang bercucuran setelah berjalan cukup jauh, karena itu berarti kakiku masih kuat untuk berjalan...

Aku bersyukur untuk suara fals seseorang yang terdengar dengan jelas ketika sedang bernyanyi di gereja, karena itu berarti aku memiliki pendengaran yang baik...

Aku bersyukur untuk alarm yang membangunkanku pada waktu subuh, karena itu berarti Tuhan masih memebriku kehidupan...

Aku bersyukur untuk otot yang pegal-pegal di sore hari setelah bekerja, karena itu berarti aku masih sangat produktif...



"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab inilah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu."
(1 Tesalonika 5:18)



Cara bijak untuk membuat BEBAN menjadi RINGAN adalah dengan MENGUCAP SYUKUR...

FRIENDSHIP COMMITMENT


Tahukah Anda bahwa yang namanya teman itu berbeda dengan sahabat? Kita tentu memiliki teman yang banyak, tapi pertanyaannya adalah apakah kita memiliki sahabat, walau hanya 1 orang saja? Menjadi sahabat itu sangat jauh berbeda dengan hanya menjadi seorang teman. Persahabatan itu berbicara tentang komitmen, kepedulian, empati, dan rasa tanggungjawab satu sama lain.

Engkau tidak dapat berbicara sama temanmu, “Kamu ada dimana saat aku sedang butuh dukunganmu?” karena seorang teman itu hanya hadir saat dia bisa dan hanya saat dia mau. Tapi sahabat? Sahabat memiliki tanggungjawab dan komitmen yang LEBIH. Dia PASTI ada saat kita butuh dia. Dia bahkan selalu PASTI ada walaupun kita dalam keadaan baik-baik saja. Sahabat bertanggungjawab akan kehidupan sahabatnya. Standard untuk seorang sahabat itu LEBIH TINGGI daripada seorang teman biasa saja.

Saya mempunyai seorang sahabat. Beberapa hari yang lalu, tepatnya jam 1 pagi sampai jam 2 pagi kami sharring di atas tempat tidur kami masing-masing. Dia berkata pada saya seperti ini, “Sahabat buat saya itu adalah seorang yang bisa berbagi rahasia hidup, termasuk ke bagian yang paling kelam sekalipun. Saat suatu persahabatn dimulai, itu berarti adanya komitmen antara dua belah pihak untuk saling mendukung, saling menguatkan, saling menegur, dan saling menasehati. Saat kita bersahabat, maka saya harus mengikuti seluruh perjalanan hidupmu dan kamu pun harus mengikuti seluruh perjalanan hidupku, termasuk ke bagian dari masa lalu yang kamu belum ada disana.”

Pada saat dia berkata seperti ini, saya berpikir dia terlalu ekstrim dalam menilai suatu persahabatan, tapi setelah saya renungkan kembali perkataannya itu keesokan harinya, saya jadi membenarkan ucapannya itu. Ya, sahabat memang istimewa. Dia lebih dari sekedar teman dan saudara saja.


Seorang sahabat sejati adalah seseorang yang mendengar dan mengerti saat engkau berbagi perasaanmu yang terdalam. Dia mendukungmu saat engkau berjuang, dia memperbaikimu dengan lembut dan penuh kasih saat engkau keliru dan gagal, dan dia memaafkanmu saat engkau salah. Seorang sahabat sejati mendorong pertumbuhan pribadimu, membantu memunculkan potensimu secara penuh. Dan yang paling mengagumkan, dia merayakan keberjhasilanmu seperti keberhasilannya sendiri!



Siapa Lagi Kalau Bukan Sahabat?

Untuk percaya mimpi-mimpinmu, untuk menghapus air matamu, untuk memberimu harapan, untuk menyembuhkan lukamu, untuk mendengarkan, untuk tertawa bersamamu, untuk menunjukkan padamu jalan yang lebih baik, untuk memberitahumu kebenaran, untuk memberimu semangat. Siapa lagi yang dapat melakukan hal itu untukmu? Itulah gunanya seorang sahabat.



DEFINISI SAHABAT

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Amsal 17:17

Sampai sejauh ini, apakah Anda sudah mulai menyadari bahwa Anda ternyata selama ini belum mempunyai seorang sahabat pun? Atau malah sebaliknya, Anda jadi menyadari kehadiran sahabat-sahabat Anda di tengah banyaknya teman-teman Anda? Atau Anda malah jadi bingung, apakah sebenarnya orang yang sedang berada di sisi Anda saat ini adalah teman atau sahabat? Saya akan mencoba membantu Anda untuk mengerti definisi sebenarnya dari SAHABAT itu sendiri.

  • Seorang sahabat adalah seseorang yang melihat kejelekanku, tapi tidak pernah melupakan kebaikanku
  • Seorang sahabat adalah seseorang yang berpikir bahwa saya lebih indah daripada yang sesungguhnya
  • Seorang sahabat adalah seseorang yang bisa saya ajak bicara selama berjam-jam atau diam bersama-sama dalam keheningan
  • Seorang sahabat adalah seseorang yang sama bahagianya denganku karena kesuksesanku
  • Seorang sahabat adalah seseorang yang tidak mencoba untuk tahu lebih banyak, bertingkah sok pintar, atau berusaha menjadi “guruku”
  • Seorang sahabat adalah seseorang yang mendengarkanku, bahkan pada saat dia tidak tertarik secara khusus terhadap apa yang kuucapkan. Dia mendengarkan karena dia tahu hal itu penting bagiku
  • Seorang sahabat adalah seorang sahabat!

Dari definisi di atas, saya rasa itu bisa membantu kita sedikit lebih memahami arti dari persahabatan itu sendiri. Dan kalau Anda sudah mulai menemukan siapa-siapa saja sahabatmu, mari tuliskan kata-kata di bawah ini di selembar kertas dan berikan kepada mereka sebagai apresiasi Anda atas semua kepedulian mereka dalam hidupmu.

Namamu Tertulis…
Di urutan teratas daftarku

Beberapa sahabat tahu segalanya,
Dan mereka menyukai kita
Menerima kita sebagaimana adanya
Tidak meminta kita untuk berubah

Mereka tidak pernah mengkritik kita
Saat mendengarkan pandangan kita
Tetap tinggal, sementara yang lainnya pergi
Berbicara saat yang lainnya diam

Tidak banyak sahabat seperti itu
Dan kuakui sedikit yang berharga
Tetapi di urutan teratas daftarku
Aku dengan bangga meletakkan namamu.


Bersahabat Sampai Akhir

Earl C. Willer menceritakan tentang dua laki-laki yang tumbuh menjadi sahabat karib. Walaupun Jim sedikit lebih tua daripada Phillip dan sering dianggap sebagai pemimpin, mereka melakukan semuanya bersama. Bahkan mereka pergi ke SMU dan kampus yang sama. Setelah kuliah mereka memutuskan untuk bergabung dengan angkatan laut. Melalui kejadian-kejadian yang unik mereka dikirim ke Jerman bersama dimana mereka berperang beriringan dalam sejarah perang yang paling buruk.

Suatu hari yang terik selama peperangan sengit, di tengah-tengah adu senjata yang hebat, pengeboman, dan pertempuran jarak dekat, mereka diperintahkan untuk mundur. Ketika orang-orang berlari mundur, Jim memperhatikan bahwa Phillip tidak berbalik bersama dengan yang lainnya. Kepanikan melingkupi hatinya. Jim tahu bahwa jika Phillip tidak mundur dalam satu atau dua menit, dia tidak mungkin selamat.

Jim memohon pada komandan untuk mengizinkannya mengejar temannya itu, tetapi dengan keras, komandan menolak permintaannya. Komandannya berkata bahwa itu merupakan suatu tindakan bunuh diri. Dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, Jim mengabaikan perkataan komandannya itu dan segera pergi mengejar Phillip. Hatinya berdebar, berdoa, dan menahan nafas. Dia berlari menuju tembakan senjata sambil memanggil Phillip. Beberapa saat kemudian, peletonnya melihatnya berjalan pincang melintasi ladang dengan membawa tubuh yang lemas di lengannya.

Komandan Jim memarahinya dan berteriak mengatakan bahwa hal itu merupakan pemborosan waktu yang bodoh dan memiliki resiko yang melampaui batas.
“Temanmu telah tewas,” tambahnya, “Dan tidak ada yang dapat kau lakukan.”
“Dengan segala hormat Pak, Anda salah,” sahut Jim. “Saya datang tepat pada waktunya. Sebelum meninggal, kata-kata terakhirnya adalah, “Aku tahu kau akan datang.”


“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya
untuk sahabat-sahabatnya.”
Yohanes 15:13

(chetzia_funkzs)

Commitmen In Godly Family

Masing-masing orang memiliki pandangannya sendiri tentang membangun keluarga. Sementara bagi beberapa orang, berkeluarga adalah suatu proses biologis belaka, beberapa orang lagi berpendapat bahwa membangun keluarga adalah untuk melangsungkan keturunan. Selain itu ada juga orang yang membangun keluarga karena alasan ekonomi.

Namun membangun keluarga di dalam Tuhan sangatlah berbeda dengan orang-orang dunia. Satu hal yang amat membedakan antara keluarga  Kristen dengan lainnya ,yaitu keluarga Kristen dibangun berdasarkan sebuah covenant (perjanjian ) antara pria dan wanitanya Allah .Sebuah covenant/perjanjian dibuat oleh kedua belah pihak untuk sebuah tujuan bersama. Sepanjang hidupnya suami dan istri terikat kepada perjanjian tersebut. Tidak heran Rasul Paulus menulis di dalam Efesus 5 :31-32 “ Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dengan jemaat”.

Hubungan suami-istri Kristiani  sangat  dihargai sedemikian rupa sehingga disetarakan dengan hubungan kasih Kristus dan jemaat .

Komitmen Kristus untuk mengasihi jemaatNya --- kita, telah ditunjukkan dengan pengorbananNya di atas kayu salib untuk kita semua .Dan komitmen ini menghasilkan sebuah covenant ,yaitu Perjanjian Baru.

Jikalau Tuhan menghargai pernikahan Kristiani dengan begitu mulia, sudah seharusnya kita mewujudkan komitmen kita terhadap keluarga dengan saling mengasihi di antara suami, istri, dan anak-anak. Kolose 3 : 18-21 mengatur hubungan suami, istri, dan anak-anak berdasarkan komitmen saling mengasihi dan saling menghargai satu sama lain, yaitu :
-           Istri tunduk kepada suami
-          Suami mengasihi istri
-          Anak-anak menaati orang tua
-          Bapa-bapa mengasihi dan membimbing anak-anaknya

Marilah kita bangun keluarga kita menjadi keluarga yang Tuhan inginkan, yaitu keluarga yang mempunyai komitmen saling mengasihi, yang terutama mengasihi Tuhan Yesus Kristus, kemudian selanjutnya kasih di antara suami, istri, dan anak-anak.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati keluarga kita semua... (bbjuwono)