DISIPLIN
Shalom Cikarang!
Nilai-nilai jemaat kita yang L.C.D. yang kita bangun baru akan terasa dampaknya, baik secara pribadi ataupun korporat jika setiap kita sudah melakukan atau menjalaninya. Lebih sulit untuk membangun “nilai-nilai bersama” dibandingkan dengan membangun nilai-nilai pribadi, tujuan pribadi, dan mengembangkan ide pribadi. Perlu sebuah kegerakan yang dimulai dari atas, yaitu Pemimpin, yang kemudian diikuti oleh Team Kepemimpinan dan Team Pekerja, bahkan oleh seluruh Pekerja dan jemaat. Sungguh, sebuah perjalanan yang cukup panjang dan penuh tantangan serta ketekunan untuk mencapai apa yang kita rindukan bersama.
Saya tahu, sebagai Pemimpin tidaklah mudah untuk mencapai semuanya itu, bahkan saya mau katakan ini adalah sebuah proses untuk jemaat Abbalove Cikarang untuk mencapai rencanaNya. Jadi, jika kita mau melihat “mimpi” yang terwujud (dream come true) sebagaimana “rencana Tuhan” yang sudah dinubuatkan oleh banyak orang atas jemaat kita, bahkan cita-cita kita semua sebagai Pemimpin, Pekerja, dan seluruh jemaatnya, maka kita semua harus melakukan semuanya itu dengan sukacita.
Tuhan sudah menunjukkan kepada kita hari-hari ini apa yang harus kita lakukan lewat nila-nilai yang kita bangun, yaitu L.C.D. Ini bukan sesuatu yang sembarangan dan biasa-biasa saja, tapi mengandung sebuah makna/arti yang dalam, yaitu karakter seorang murid sejati sebagai dasar yang paling “esensi” untuk sebuah kualitas seorang murid, dimana ketiganya ini akan saling menopang dan mengikat, bahkan saling mendukung satu sama lain.
Saya bisa rasakan orang-orang yang melakukannya akan mengalami sebuah perubahan paradigma, spirit, sikap, bahkan nilai-nilai hidup pribadi sehingga semakin CINTA (antusias) dan ber-KOMITMEN (prinsip prioritas), bahkan haus untuk terus mau belajar, diperlengkapi, dan dilatih untuk membangun kualitas dan karakter hidup yang maksimal dengan potensi-potensi yang dapat dikembangkan sehingga menjadi orang-orang yang melakukan pelayananNya sebagai tubuh Kristus yang berfungsi. Bukan tidak sedikit orang-orang yang melayani tidak sesuai dengan fungsinya, akhirnya terjadilah keabnormalan” dalam tubuh Kristus, makanya banyak terjadi konflik dan perpecahan di dalam Gereja.
Nah, hari ini saya mau bicara tentang nilai yang ketiga dari nilai-nilai jemaat yang mau kita bangun, yaitu DISIPLIN. Disiplin adalah kata yang serius dan menyeramkan karena “tidak kompromi”!
Mengapa harus ada disiplin dalam sebuah keseharian jemaat dan team work? Karema disiplin ini adalah “sentuhan” akhir yang akan menentukan apakah sebuah benda/objek itu layak dan memenuhi kualitas tertentu yang diharapkan. Jadi contohnya begini, jika sebuah produk yang dibuat dari sebuah bahan, kemudian diproses serta diolah dengan baik sampai menjadi sebuah produk siap jual, maka yang menentukan produk tersebut sesuai dengan kualitas/standar tertentu adalah bagaimana finishing akhirnya sehingga produk itu bisa diterima di pasar. Produk itu harus dibuat sedemikian rupa dan di-packaging sebagus mungkin supaya menarik atau memperjelas kondisi produk tersebut. Lalu ketika produk tersebut ditawarkan, orang-orang akan menjadi tertarik dan akhirnya membelinya. Memang untuk menjadikan produk itu menjadi barang yang berkualitas, menarik, dan menjadi daya tarik membutuhkan harga yang mahal, keahlian yang tinggi, serta hal-hal lain yang mendukung.
Begitu juga dengan DISIPLIN. Jika orang percaya sudah mempunyai rasa cinta yang dalam kepada Tuhan, maka itu sudah menjadi modal awal (bahan baku utama). Kemudian dia juga harus mempunyai komitmen untuk menyalurkan hasrat cinta itu supaya bisa dibuktikan (itu adalah sebuah proses yang harus dijalani). Lalu, bagaimana orang tersebut bisa membuktikan bahwa apa yang dia cintai dan dengan komitmen yang dilakukannya sebagai rasa cinta itu bisa menghasilkan sebuah pengharapan besar (kerinduan) yang akan terwujud, walaupun dia tahu itu tidak akan berjalan dengan mudahnya, dan membutuhkan perjuangan, bahkan akan ada tantangan/harga yang harus dibayar, mungkin juga penderitaan. Tidak ada jalan lain. Dia harus melatih hidupnya sedemikian rupa (skill/kemampuan/karakter) dengan sebuah kata : DISIPLIN.
DISIPLIN, bukan sekedar hanya datang harus tepat waktu, melakukan semua tugas dengan baik, mempersiapkan presentasi dengan baik, dan memberi laporan yang baik. Itu semua memang hal yang baik dan berguna, tapi yang menjadi “esensi” dalam sebuah DISIPLIN adalah kapan kita tahu bahwa apa yang sudah kita lakukan sejak semula ketika kita mengambil keputusan untuk mencintai, untuk berkomitmen, dan ingin mencapai hasil yang maksimal dari semua keadaan yang kita akan jalani dalam seluruh kehidupan kita.
Jadi disiplin dilakukan karena karena kita tahu hal penting apa selanjutnya, setelah kita melakukan bagian yang sebelumnya dengan baik. Ada orang yang melakukan disiplin dengan tidak mempunyai tujuan dan tidak sistematis. Akhirnya orang tersebut tidak akan mampu, tidak tahan, tidak kuat, dan bosan karena tidak ada dorongan/motivasi untuk apa sebenarnya dia melakukan disiplin.
Disiplin itu juga berbicara soal skill, yaitu skill melatih diri atau kemampuan diri kita terhadap suatu situasi untuk mencapai hal yang lebih tinggi dan baik. Disiplin itu juga berbicara tentang disiplin dalam pikiran, disiplin kerbiasaan (tindakan), disiplin menjaga hati, disiplin penguasaan diri (self control), disiplin dalam hubungan, dan lain sebagainya.
Pertanyaannya adalah, apakah kita mau menjadi orang yang maksimal, orang yang hebat, orang yang berdampak, orang yang kuat, dan orang yang dihormati? Kalau jawaban kita adalah MAU, maka perhatikanlah ini :
- orang yang dipakai Tuhan tidak hanya orang yang baik, tapi juga orang yang berkenan kepada Tuhan
- mau menjalani kehidupannya sampai akhir dengan baik dan berkenan (finishing well)
- mau menjadi bagian dari orang yang bersama-sama membangun “Rumah Tuhan” di Abbalove Cikarang
- pakailah kata terakhir dari nilai-nilai jemaat kita ini : DISIPLIN
Tidak ada tindakan yang lebih “pas” untuk seorang anak dapat menjadi
seperti apa yang diharapkan orangtuanya, selain tindakan untuk melakukan DISIPLIN
0 komentar:
Posting Komentar