Dengan kondisi masih pendarahan, saya pun akhirnya keluar dari rumah saya. saya berjalan dengan langkah iman menuju orang gila itu, walaupun darah terus menetes ke kaki saya. Begitu tiba di dekat orang gila itu, saya pun langsung memeluknya tanpa ada rasa takut. Akhirnya saya pun terkena juga lemparan batu dan siraman air dari tetangga-tetangga saya. Saya merasakan sakit di tubuh saya dan juga di hati saya. Tapi saya tahan semua rasa sakit itu karena saya tahu ini yang Tuhan mau saya lakukan saat ini. Saya mau belajar untuk mentaati suara Tuhan yang bicara melalui hati saya.
Akhirnya orang gila itu saya bawa masuk ke dalam rumah saya. Para tetangga yang melihat tindakan saya itu berkata kalau sampai orang gila itu meresahkan warga disana lagi, maka saya pun akan ikut diusir dari daerah itu. Mendengar perkataan mereka itu, saya hanya mengucapkan terima kasih sebelum saya berlalu. Di rumah, saya memandikan orang gila itu dan menyisiri rambutnya. Saya berikan kepadanya baju saya yang terbaik dan belum pernah saya pakai sekalipun sebagai bukti kasih saya pada dia. Pada saat saya melakukan semua hal ini, para tetangga rupanya melihat dari depan rumah saya (jadi mereka tidak langsung pulang ke rumah mereka). Akhirnya setelah memperhatikan apa yang saya lakukan, mereka pun pulang satu persatu. Tapi tiba-tiba mereka datang lagi. Kali ini bukan untuk menganiaya orang gila tersebut, melainkan untuk memberikan makanan, pakaian, dan sejumlah uang kepada orang gila itu. Waow!
Dan tidak hanya sampai disitu saja pekerjaan Tuhan atas saya dan orang gila tersebut. Dengan pelan dan lembut saya ajak orang gila itu untuk berbicara. Saya berusaha untuk berkomunikasi dengannya, dan berhasil! Orang gila itu kembali menjadi normal. Dia ingat siapa namanya dan dimana dia tinggal. Sekali lagi saya dibuat kagum akan pekerjaan Tuhan. Dan setelah itu, dia tiba-tiba bangkit dan berkata kepada saya : “Berhentilah pendarahanmu dan diberkatilah kandunganmu dengan janin yang baru”. Saya kebingungan mendengar pernyataan yang tiba-tiba ini karena saya tidak menceritakan kepadanya apa yang saya alami saat itu. Para tetangga saya juga bingung mendengarnya. Tapi akhirnya saya tidak membiarkan diri saya larut dalam kebingungan berlama-lama. Saya pun langsung mengaminkan pernyataan ini. Saya percaya saat itu Tuhan sedang berbicara melalui orang gila yang baru sadar itu. Saya percaya tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk menyampaikan perkataannya. Jangankan orang gila, bahkan kalau mau Tuhan bisa memakai batu untuk berbicara kepada anak-anakNya. Tuhan kita memang Tuhan yang luar biasa! Terpujilah nama Tuhan!
Akhirnya kami pun mengantarkan orang gila yang telah sadar ini kembali ke rumahnya. Keluarganya mengucapkan terima kasih kepada kami karena memang mereka sudah lama mencarinya. Orang ini ternyata memang sempat depresi berat
Selang 2 bulan kemudian, apa yang dikatakan orang gila itu pun terjadi pada saya. Saya pun hamil lagi. Saya percaya ini adalah hadiah dari Tuhan kepada saya karena saya telah belajar mempraktekkan kasih agape kepada sesama saya, maka saat inilah saya menuai hasilnya. Sekarang anak saya sudah berusia 3 tahun.
Kasih agape itu adalah kasih yang ajaib. Siapa yang mempraktekkannya, pasti tidak akan pernah dirugikan, tapi akan diberkati dengan sangat luar biasa! Amien.. (Kurnia Kusuma Dewi)