ONE on ONE
Sebagai orang Kristen, tentu kita tahu bahwa kita perlu bertumbuh dalam kekudusan. Namun kita tidak bisa menolong orang lain untuk hidup kudus tanpa kita sendiri hidup kudus. Kita harus hidup kudus terlebih dahulu (Wahyu 22:11), barulah orang lain juga mengalaminya. Bagaimana kita bisa mentransformasi kehidupan orang lain kalau kita tidak mengalami transformasi? Bagaimana kita menolong orang lain memperoleh kemenangan kalau kita tidak berjalan dalam kemenangan? Hidup kita harus mengalami transformasi agar bisa menolong orang lain mengalaminya. Banyak orang Kristen terikat dan tidak pernah mengalami kemenangan atas dosa. Dan satu-satunya alasan mengapa dosa makin berkuasa atas orang Kristen adalah karena mereka tidak dimuridkan. Yesus tidak berkata agar kita pergi dan memenangkan jiwa-jiwa, tapi agar kita pergi dan menjadikan semua bangsa murid-muridNya. Jadi, seharusnya proses pemuridan itu semakin diperbanyak, bukan sebaliknya.
Nah, sekarang Abbalove Ministries sedang giat-giatnya mengumandangkan mentoring one on one. Ada yang sudah terlibat, tetapi ada juga yang belum terlibat karena belum paham.
Bagi Anda yang belum begitu paham dengan mentoring one on one ini, Anda bisa bertanya langsung kepada PKS Anda di komsel. Dan melalui warta ini juga kami ingin sedikit membantu Anda untuk memahami one on one ini. Minggu lalu kami sudah melakukan interview dengan mereka yang telah melakukan mentoring one on one. Mereka adalah orang-orang yang sedang belajar, bukan orang yang telah 100% paham.
Berikut hasil interview saya dengan 3 orang pemimpin yang sedang sedang saling mementor.
Note : interview ini dilakukan di waktu yang berbeda dan di
tempat yang berbeda tanpa sepengetahuan masing-masing
Funkz :
“One on one dapat berhasil jika terjadi keseimbangan antara sang Mentor dan Mentee.. Nah, menurut Ibu sikap yang bagaimana yang harus dimiliki keduanya?”
Irnawati :
“Menurut saya selama saya melakukan mentoring one on one dengan Claudya, saya melihat bahwa keberhasilan mentoring one on one ini sangat ditentukan oleh sikap saya dan sikap Claudya. Saya, sebagai Mentornya harus memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan dan mempunyai hati utuk berbagi hidup dengan mentee saya, yaitu Claudya. Sedangkan, Claudya sebagai mentee saya juga harus bersikap terbuka, jujur, bisa percaya pada saya, dan yang terpenting dia harus memiliki hati yang taat dan mau belajar.”
Funkz :
“Walaupun baru beberapa kali pertemuan, manfaat apa yang telah Kakak rasakan setelah melakukan one on one dengan Ibu irna?”
Claudya Patricia Suatan :
“Saya bersyukur ya bisa melakukan one on one dengan Ibu Irna karena saya merasakan pembinaan seperti ini lebih efektif. Saya bisa terbuka dan cerita lebih dalam karena orang yang dibina ya cuma 1 orang. Saya merasa all out saat saya cerita dan saya juga mendapatkan nasehat dan solusi yang nggak kalah all out-nya dari mentor saya (Ibu Irna). Saya merasakan perubahan yang luar biasa dalam diri saya. Kalau dulu saya hanya bisa nge-jagain orang dan nge-dengerin orang ngaku dosa, tapi kini sejak dimentor, saya jadi bisa ngerasain sendiri yang namanya dimentor, yang namanya ngaku dosa, dan yang namanya dijagain orang. Dan ini efeknya sangat dahsyat buat pelayanan saya ke bawah. Saya jadi “benar-benar ngerti” beratnya dan takutnya jika harus mengaku dosa kepada orang lain. Saya ngerti karena saya udah tahu rasanya ngaku dosa. Pada akhirnya, saya melakukan hal yang sama kepada mentee saya, yaitu Ilena. Apa yang Ibu Irna lakukan pada saya, saya lakukan juga pada Ilena. Saya sangat diberkati dengan Ibu Irna, maka saya pun mau jadi berkat untuk Ilena. Pokoknya saya jadi sangat mengerti apa yang namanya meng-cover dan di-cover. Semua ini karena one on one yang sedang saya jalani”